Catatan Peristiwa di Tanggal 30 September

  • Bagikan

KliksajaTangerang.co – 30 September merupakan tanggal yang tidak mungkin dilupakan rakyat Indonesia. Sayangnya saat pertama sejarah mencatat peristiwa di tanggal tersebut, bangsa ini semakin mengalami kondisi yang memprihatinkan.

Ada tiga peristiwa yang terjadi di tanggal 30 September yang mengguncang mata dunia internasional. Peristiwa pertama terjadi pada tahun 1960, 1965 dan terakhir 2016.

Catatan peristiwa sejarah yang pertama di tahun 1960, ketika Soekarno diberikan kesempatan dalam rapat PBB di New York, Amerika Serikat, untuk berpidato. Durasi pidatonya hanya 45 menit. Namun pria yang dikenal dengan julukan Putra sang Fajar itu mampu membuka mata dunia internasional.

Pidatonya yang berjudul To Build The World A New mengkritik kinerja PBB yang dinilai gagal mengakomodasi kepentingan dari anggota-anggotanya tanpa pandang bulu. Bagi Soekarno, misi membangun Dunia Baru tak mungkin dipikulkan pada PBB, jika PBB sama sekali enggan memperbaiki diri dari sejumlah kekeliruannya.

Soekarno menegaskan PBB harus mencabut hak veto yang dimiliki segelintir anggota elit PBB, yang hingga kini masih terus dipersoalkan, juga dituntut Soekarno untuk dicabut demi keadilan dan persamaan.

“PBB mesti memperbaiki dirinya secara radikal. Badan ini, hanya dapat menjadi efektif bila mengikuti jalannya sejarah dan tidak mencoba untuk membendung atau mengalihkan ataupun menghambat jalannya sejarah.” kata Soekarno dengan lantang.

Soekarno menambahkan saat ini waktu sedang bergerak ke arah yang tidak menguntungkan untuk kelompok neokolonialisme dan neoimperialisme. Dampak dari pidato tersebut, hingga saat ini masih terlihat dalam rapat lembaga dunia tersebut.

Catatan peristiwa ke dua di tahun 1965, membuat ibunda pertiwi terluka dan berdarah. Sejarah mencatat peristiwa berdarah yang terjadi di tanggal 30 September 1965 dengan berbagai macam istilah. istilah yang paling terkenal Gerakan Tiga Puluh September PKI (G30SPKI), Gerakan September Tiga Puluh (Gestapu) dan Gerakan Satu Oktober (Gestok). Pasalnya ada tujuh perwira militer yang gugur dan beberapa orang lainnya yang dibunuh dalam usaha pencapaian kudeta.

Ke tujuh perwira militer itu gugur untuk mempertahankan kesaktian pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia. Mayat ke tujuh jenderal tersebut dibuang di Pondok Gede dan dimasukkan ke dalam satu lubang yang sama, yang kini dikenal sebagai lubang buaya. Mayat-mayat tersebut ditemukan TNI pada tanggal 3 Oktober 1965.

Pada masa pemerintahan Soeharto, biasanya sebuah film mengenai kejadian tersebut juga ditayangkan di seluruh stasiun televisi di Indonesia setiap tahun pada tanggal 30 September. Selain itu pada masa Soeharto biasanya dilakukan upacara bendera di Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya dan dilanjutkan dengan tabur bunga di makam para pahlawan revolusi di TMP Kalibata. Namun sejak era Reformasi bergulir, film itu sudah tidak ditayangkan lagi dan hanya tradisi tabur bunga yang dilanjutkan.

Catatan peristiwa ke tiga di tahun 2016, merupakan tulisan sejarah yang sangat memalukan bagi bangsa Indonesia. Pasalnya di salah satu sudut ibukota negara malah mempertontonkan video porno Jepang selama beberapa menit secara vulgar. Video porno yang diputar di layar yang besar itu kontan menjadi pembicaraan seluruh lapisan masyarakat dan menjadi viral di dunia maya.

Sebagai bangsa yang menjunjung tinggi norma ketimuran dan kesantunan, tayangan pornografi tersebut sungguh tidak laik.  Hanya satu kata untuk menilai peristiwa tersebut, Memalukan!. Kenapa memalukan, pasalnya tayangan tersebut dekat kantor pemerintahan walikota di Jakarta Selatan. Tayangan tersebut mencoreng kinerja aparat keamanan, dan badan intelijen negara. Seakan-akan tayangan porno itu ingin membuktikan bahwa kinerja pengawasan BIN dan Polri di rezim ini tumpul dan tidak berdaya.

Tayangan dihentikan oleh seorang penjual ketoprak yang merasa malu dan jijik melihat adegan porno dan tidak mendidik tersebut. Ironisnya, polisi baru bergerak setelah mengetahui informasi tersebut dari media online. Meski tidak sampai 1×24 jam, Polda Metro Jaya berhasil membekuk pelakunya, Ibunda Pertiwi sudah dibuat malu yang tercatat dalam sejarah.

  • Bagikan