Jenderal Dudung Paparkan Sistem Pertahanan Nasional di Wisuda Unas

  • Bagikan

Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman menyatakan pentingnya membangun daya saing bangsa, melalui sistem tata kelola sumber daya nasional dan sistem pertahanan nasional. Karena, eksistensi sebuah negara sangat bergantung kepada kemampuan bangsa tersebut mempertahankan diri, termasuk mempertahankan diri dari setiap ancaman, baik dari luar maupun dari dalam negara itu sendiri.

Pemikiran ini disampaikan Jenderal TNI Dudung Abdurachman, yang menyampaikan orasi ilmiah pada prosesi wisuda Universitas Nasional Periode II Tahun Akademik 2020/2021, yang dilaksanakan secara hybrid di Auditorium Universitas Nasional dan diikuti oleh wisudawan melalui platform Zoom dan Youtube. Untuk Wisuda ini, yanag dihadirkan adalah 10 wisudawan terbaik serta orangtua sebagai perwakilan dari 1.018 wisudawan/ti.

Dalam orasi ilmiahnya, Jenderal TNI Dudung Abdurachman menyatakan bahwa Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah menyatakan bahwa salah satu tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Dalam mewujudkan tujuan bernegara tersebut, maka pertahanan negara merupakan faktor yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup suatu negara.

Karenanya, eksistensi sebuah negara sangat bergantung kepada kemampuan bangsa tersebut mempertahankan diri, termasuk mempertahankan diri dari setiap ancaman, baik dari luar maupun dari dalam negara itu sendiri. “Kebijakan pertahanan dan keamanan negara pasca perang dingin tidak lagi berfokus pada isu persaingan ideologis Blok Barat dan Timur. Akan tetapi arus demokratisasi dan interdependensi, serta isu lingkungan turut memegang peranan penting dalam mengubah pola interaksi antarnegara dimana semuanya terangkai dalam konstruksi globalisasi sebagai impuls utamanya,” jelasnya.

Perkembangan teknologi informasi, serta teknologi transportasi telah mempercepat arus informasi, arus finansial global dan mobilitas manusia. Untuk itu, ia menghimbau, khususnya bagi mahasiswa, dapat bijak dalam membaca dan menyimak media sosial serta bijaksana terhadap pengaruh-pengaruh secara langsung yang diberikan di lingkungan.

Saat ini, untuk mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negara, tidak hanya sebatas perang fisik dengan pengerahan kekuatan militer. Peperangan dirancang menggunakan berbagai cara dan taktik dalam menghancurkan lawan. Perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi, serta teknologi transportasi mempercepat arus informasi (information flow), arus finansial global (global financial flow), dan mobilitas manusia (human mobility’s).

“Berbagai fenomena perubahan tersebut bukan tidak mungkin membawa ekses yang potensial menjadi ancaman bagi keamanan suatu negara. Ancaman tidak hanya dalam bentuk fisik, akan tetapi ancaman nonfisik seperti penanaman nilai-nilai kehidupan asing yang dapat menjadi alat penghancur entitas sebuah peradaban bangsa,” katanya.

Peperangan di era global merupakan hasil metamorfosis dari perang tradisional menjadi bentuk perang modern yang lebih rumit dan spesifik. Peperangan tidak hanya sebatas perang fisik dengan pengerahan kekuatan militer (deploy force), tetapi peperangan sudah dirancang menggunakan berbagai cara dan taktik dalam menghancurkan lawan.

“Keefektifan menjadi salah satu ukuran, sehingga negara harus pandai menata dan mengelola seluruh sumber daya nasional yang dimiliki untuk menjadi kekuatan yang potensial bagi kekuatan pertahanan sebuah negara,” katanya.

Karena itu, ancaman saat ini tidak hanya dalam bentuk fisik saja. “Tetapi juga adanya ancaman nonfisik seperti penanaman nilai-nilai kehidupan asing dapat menjadi alat penghancur entitas sebuah peradaban bangsa,” kata Jenderal TNI Dudung Abdurachman.

Memang, lanjutnya, kemungkinan terjadinya perang konvesional menurun. Namun ancaman dalam konteks keamanan nasional justru meningkat khususnya ancaman nonmiliter. Salah satu ancaman paling nyata yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini adalah masalah kebangsaan.

Untuk menjadi negara yang kuat, prasyarat utamanya adalah kemampuan negara untuk menata, menyiapkan, dan menggunakan segala sumber daya yang dimiliki untuk kepentingan nasional. Oleh karena itu perlu pengelolaan sumber daya nasional untuk pertahanan negara,” ujarnya.

Untuk membangun ketahanan nasional setidaknya ada 3 (tiga) pilar yang harus saling terkait yaitu pemerintahan, rakyat, dan militer. Ketiganya dijalin dalam simpul untuk memperkuat sebuah negara. Pemerintah dengan rakyat diikat dengan simpul ideology. Ideologi adalah sebuah harapan yang dibangun bersama secara sadar, karena ideologi lah negara bisa tetap berdiri. Tentara dengan rakyat diikat dengan simpul sejarah hubungan emosional kemanunggalan tentara-rakyat. Keduanya menjadi episentrum kekuatan atau center of graffity (CoG) bagi tentara. Tidak ada tentara kalau tidak ada rakyat karena tentara lahir dari rakyat.

Konsep tentara adalah rakyat dan rakyat adalah tentara merupakan konsep kesemestaan yang menjadi modal kekuatan pertahanan negara. Pemerintah dan tentara diikat dengan simpul regulasi untuk membangun landasan legal formal yang mengatur tugas dan fungsi tentara dalam sistem bernegara. Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah alat negara yang menangani bidang pertahanan dan dalam pelaksanaannya dibantu komponen lain yaitu komponen pendukung dan komponen cadangan yang berasal dari rakyat.

Untuk menjadi negara yang kuat, prasyarat utamanya adalah kemampuan negara untuk menata, menyiapkan, dan menggunakan segala sumber daya yang dimiliki untuk kepentingan nasional oleh karena itu perlu pengelolaan sumber daya nasional untuk pertahanan negara yang meliputi: sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya buatan serta sarana prasarana.

Hal ini tertuang pula secara eksplisit dalam Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, “setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”.

“Daya tangkal dibangun melalui pembinaan kesadaran bela negara bagi seluruh warga negara, sehingga terbangun karakter rakyat yang militan atas dasar kecintaan pada NKRI,” tegas Jenderal TNI Dudung Abdurachman dalam orasi ilmiah yang menjadi bagian budaya akademik pada prosesi wisuda UNAS. (*)

  • Bagikan